Record Detail Back

XML

Dekonstruksi Makna Simbolik Arsitektur Keraton Surakarta


Bagi manusia Jawa, keindahan arsitektural pada bangunan rumah tinggal lebih dimaknai sebagai upaya untuk memberikan napas dan jiwa dari suatu bangunan. Implementasi keindahan arsitektural ini akhirnya menjadikan arsitektur Jawa menjadi simbol kosmologis, dasar orientasi diri, dan cermin sikap hidup (Mangunwijaya, 1992: 51-115). Ilustrasi ini tampaknya dapat dijadikan sebagai pijakan argumentasi bahwa, apabila perwujudan arsitektural rumah tinggal manusia Jawa melalui proses pertimbangan yang rumit dan matang, maka keraton sebagai tempat tinggal raja dan tempat menjalankan sistem pemerintahan dapat dianggap sebagai karya arsitektur yang agung (adiluhung).
Ada tiga hal yang menjadi pembicaraan penting dalam buku ini. Pertama, arsitektur Keraton Surakarta mengandung simbol - simbol yang bermakna pesan dan nasihat bagi manusia Jawa dalam menjalani kehidupannya. Oleh karena itu, makna simbolik arsitektur Keraton Surakarta harus tetap dicari sesuai dengan ruang dan waktu si Pemakna. Dengan kata lain, interpretasi terhadap simbol yang melingkupi arsitektur Keraton Surakarta tidak akan pernah berhenti atau akan terus - menerus mengalami dekonstruksi. Kedua, dekonstruksi makna simbolik arsitektur Keraton Surakarta pada masa kekinian akan membawa pengaruh pada struktur kognitif masyarakat pemakna yang selanjutnya melahirkan norma - norma dalam kehidupan sosialnya. Ketiga, pemahaman norma - norma yang lahir akibat terjadinya dekonstruksi makna simbolik arsitektur Keraton Surakarta akan mengantarkan pemahaman terhadap nilai - nilai filosofis budaya Jawa yang berakar pada Keraton Surakarta.
Pitana, Titis Srimuda - Personal Name
722.4 Pit d
9786027636286
722.4 Pit d
Text
Indonesia
STAIN Press
2014
Purwakarta
181 hal.: ilust.; 21 cm.
LOADING LIST...
LOADING LIST...