Record Detail Back
Perancangan Museum Bahasa Indonesia dengan Pendekatan Arsitektur Metafora di Jakarta Pusat
Globalisasi terjadi karena perkembangan teknologi yang menyebabkan integrasi budaya, gaya hidup, maupun informasi secara internasional. Namun, era globalisasi berdampak terhadap hilangnya budaya lokal, bahkan penggunaan bahasa yang terpengaruh bahasa internasional di Indonesia. Masyarakat Indonesia mulai sering menggunakan bahasa asing, terlebih Bahasa Inggris dimana salah satu alasannya adalah gengsi terhadap asosiasi sosial yang tinggi. Maka, diperlukan wadah edukasi Bahasa Indonesia kepada publik, yaitu museum. Museum masa kini bersifat inklusif dan tidak hanya melibatkan aspek kognitif pengunjung, tetapi juga aspek emosional. Bahasa Indonesia merupakan bagian dari budaya tak benda sehingga museum perlu lebih inklusif, menciptakan motivasi intrinsik, dan melibatkan aspek kognitif serta emosional pengunjung. Tujuan perancangan museum yang inklusif adalah agar tercipta ruang sosial dimana museum menjadi tempat berkumpul yang ramah. Sedangkan pembentukkan motivasi intrinsik akan menciptakan suasana pembelajaran yang tidak membosankan dalam museum. Desain yang melibatkan aspek emosional pengunjung dapat mendukung rasa empati terhadap Bahasa Indonesia. Metode yang digunakan adalah metode historis untuk menganalisis sejarah Bahasa Indonesia dan menghasilkan historiografi. Hasil historiografi tersebut akan menghasilkan konten pada pameran dan suasana pameran yang akan dirancang. Museum yang inklusif dirancang dengan batas tapak yang tidak solid sehingga terkesan welcoming. Pintu masuk terintegrasi dengan jalur pejalan kaki di luar tapak yang dihubungkan oleh mini-plaza sebagai area komunal. Museum menyediakan area taman komunitas terbuka dengan retail yang dapat diakses tanpa harus masuk dalam museum. Motivasi intrinsik diwujudkan dari skala, solid-void, maupun material ruang yang menciptakan rasa penasaran serta suasana dengan tema sesuai hasil historiografi. Selain itu, adanya game interaktif dan media digital agar suasana pembelajaran lebih aktif. Penerapan makna Bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa untuk menciptakan rasa empati, dilakukan interpretasi metafora Bahasa Indonesia sebagai Bhinneka Tunggal Ika dimana adanya unsur persatuan dari keberagaman yang diterapkan melalui teori ordering principle dengan metode metafora intangible pada massing dan tapak.
Agatha Elfanya Kezia Andiniputri - Personal Name
NONE
Text
Indonesia
Podomoro University
2022
Jakarta
LOADING LIST...
LOADING LIST...