Record Detail Back
Perancangan Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB-B) dengan Pendekatan Deaf Architecture di Jakarta
Sebagai penyandang disabilitas, siswa tunarungu membutuhkan kebutuhan yang berbeda dengan siswa normal. Gangguan pada pendengaran dapat menyebabkan kesulitan komunikasi bagi penyandang tunarungu. Komunikasi visual dan sensorik menjadi dasar bagi siswa tunarungu untuk berkomunikasi. Oleh karena itu, seorang siswa tunarungu memiliki kebutuhan yang berbeda dengan siswa biasa, baik dari segi kegiatan sehari-hari maupun kenyamanan dalam melakukannya. Sekolah luar biasa tunarungu (Sekolah Luar Biasa Tipe B) dalam hal ini, harus mampu memenuhi kebutuhan siswa tunarungu tersebut. Teori Deaf Space merupakan salah satu teori yang dikemukakan oleh Hansel Bauman (Chiambretto & Trillingsgaard, 2017) sebagai teori yang menjawab kebutuhan penyandang tunarungu. Teori ini diterapkan pada bangunan yang diperuntukkan bagi pengguna tunarungu, termasuk sekolah khusus tunarungu ini. Faktanya, desain sekolah tunarungu di Jakarta masih belum menerapkan konsep ruang tunarungu secara keseluruhan. Hal ini mengakibatkan kurangnya kenyamanan belajar siswa tunarungu di sekolah tersebut. Penelitian ini berfokus pada penerapan teori Deaf Space di sekolah luar biasa tunarungu di Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan studi kasus berdasarkan survei, analisis teoritis, dan studi preseden terkait.
Winston Sebastian - Personal Name
NONE
Text
Indonesia
Podomoro University
2022
Jakarta
LOADING LIST...
LOADING LIST...