Record Detail Back

XML

Redesain Vihara Ekayana Arama dengan Pendekatan Semiotika Arsitektur Mindfulness di Jakarta Barat


Rutinitas sehari-hari seringkali menjadi pemicu faktor stress pada manusia. Sebagian besar orang mengatasinya dengan cara beribadah di tempat ibadah. Vihara sebagai tempat beribadah Agama Buddha yang digunakan untuk melakukan kegiatan keagamaan pun harus memperhatikan pencitraan ruang dalamnya sehingga dapat menciptakan mood tertentu bagi umat yang datang ke Vihara. Sebagai sebuah tempat beribadah, secara spiritualis Vihara seharusnya mampu memberikan ketenangan batin untuk berkonsentrasi. Peran arsitektur dalam mendesain vihara juga harus memperhatikan pencitraan ruang untuk menciptakan mood tertentu bagi umatnya, sehingga dapat menggugah perilaku umatnya untuk mencapai kualitas berkesadaran-penuh (mindfulness) saat beribadah. Vihara Ekayana merupakan salah satu vihara terbesar di Jakarta dengan misinya membantu pemutaran roda dharma melalui berbagai kegiatan keagamaan didalamnya. Akan tetapi, terdapat beberapa fenomena yang dijadikan rumusan masalah pada penelitian ini seperti umat vihara yang merasa sulit fokus sepenuhnya, penataan massa Vihara yang kurang terencana dan maksimal, serta tidak terdapatnya filosofi/ ajaran agama Buddha dalam desain Vihara sehingga Vihara Ekayana kehilangan identitasnya. Metodologi yang digunakan adalah metodologi penelitian Kualitatif khususnya metode Fenomenologi Research yang berfokus pada fenomena dan realita yang terjadi di Vihara Ekayana Arama. Konsep pada perancangan ini adalah membantu mewujudkan misi dari Vihara Ekayana itu sendiri dalam melaksanakan Pemutaran Roda Dharma dengan cara mengaplikasikan mindfulness kedalam desain Vihara, karena Mindfulness sendiri merupakan inti ajaran dalam agama Buddha. Konsep tersebut diwujudkan melalui pendekatan semotika arsitektur mindfulness yaitu cara arsitektur dalam berkomunikasi dengan penggunanya menggunakan stimulus, dimana arsitektur yang diam di anggap sebuah teks yang disusun menjadi sebuah tata bahasa dari berbagai segi yaitu secara pragmatis, semantik, dan sintaksis. Adapun iringan konsep fenomenologi menurut genius loci yang menjelaskan tentang salah satu hal utama yang dibahas adalah arsitektur dibuat oleh manusia untuk manusia, sehingga produk yang dihasilkan harus mementingkan kepentingan manusia didalamnya.
Margaretha, Cindy - Personal Name
Batch 3
NONE
Text
Indonesia
Podomoro University
2020
Jakarta
LOADING LIST...
LOADING LIST...