Record Detail Back

XML

Tingkat Kesiapterapan Aplikasi BIM dalam Mengintegrasikan Desain Bangunan Berkelanjutan Berstandar Greenship-Edge-Well


Kebutuhan bangunan penunjang perekonomian penduduk semakin meningkat terutama di kota-kota besar. Di sisi lain, sektor konstruksi menghabiskan 36% energi di dunia dan menyumbang 20% dari keseluruhan emisi gas rumah kaca, seperti CO2, di dunia yang dihasilkan oleh penggunaan energi listrik berbahan bakar fosil pada bangunan. Selain itu, durasi aktivitas penghuni bangunan di dalam ruangan juga dapat mempengaruhi kesehatan penghuninya dalam jangka panjang. Fenomena tersebut dinamakan sick building syndrome. Standar Greenship, EDGE, dan WELL yang berfokus pada kelestarian lingkungan dan kesehatan penghuni bangunan diperkenalkan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Namun dalam untuk mencapai tujuan tersebut, kompleksitas desain bangunan dapat meningkat. Building Information Modelling (BIM) dapat membantu mengurai kompleksitas desain berdasarkan masing-masing ketiga standar ini hingga penilaiannya. Kedepannya diharapkan akan semakin banyak pengolah bangunan yang mengedepankan pembangunan gedung berstandar Greenship, EDGE, dan WELL. Oleh karena itu, penelitian ini ingin mengukur tingkat kesiapterapan BIM dalam mengintegrasikan desain standar Greenship, EDGE, dan WELL yang diharapkan dapat membantu proses sertifikasi bangunan berkelanjutan. Metode yang digunakan adalah kuesioner dan wawancara. Kuesioner dibagikan kepada responden yang berlatarbelakang sebagai arsitek, kontraktor, maupun konsultan bangunan hijau. Wawancara dilakukan terhadap tujuh orang narasumber yang merupakan ahli dalam bidang BIM dan/atau bangunan berkelanjutan. Penelitian ini menunjukkan bahwa BIM belum dapat membantu proses integrasi penilaian standar bangunan berkelanjutan secara maksimal dan hanya terbatas dalam hal pemodelan, simulasi energi, dan perhitungan volume. Hal ini diakibatkan oleh ketidakmampuan BIM dalam tahap operasional yang merupakan salah satu aspek penting dalam penilaian bangunan berkelanjutan. Namun, BIM dapat digunakan sebagai alat komunikasi antar pemangku kepentingan agar seluruh pihak dapat mendapatkan informasi yang sama secara bersamaan sehingga dapat mengurangi kesalahpahaman dan kesalahan dalam proses konstruksi.
Irene - Personal Name
NONE
Text
Indonesia
Podomoro University
2021
Jakarta
LOADING LIST...
LOADING LIST...